Lumbung Padi di Sungai Maro

Pendaratan di Merauke disambut oleh pemandangan yang kurang lazim di Papua, hamparan sawah. Luasan sawah yang membentang mengikuti lekak-lekuk Sungai Maro seakan menjadi simbolisme bahwa kami sudah mendekati pusat Kabupaten Merauke, tempat yang digadang-gadang sebagai lumbung padi ujung timur Indonesia.

Agaknya memang kurang lazim lantaran Papua selama ini dikenal bertumpu pada impor beras dari pulau-pulau tetangga, utamanya Sulawesi. Namun tidak demikian halnya dengan Merauke, kabupaten yang tenar sebagai ujung timur Indonesia ini telah merengkuh swasembada pangan semenjak sepuluh tahun silam. Bahkan pada tahun lalu, beras Merauke mulai diekspor ke negara tetangga terdekatnya, Papua Nugini.

Para penggerak sawah-sawah ini rata-rata adalah kaum transmigran dari Jawa, meskipun beberapa sawah terlihat dikelola oleh Suku Marind yang merupakan etnis asli Merauke. Suku Marind sendiri masih belum bisa meninggalkan budaya mereka yang bergantung pada berburu, yang notabene secara sustainabilitas jauh lebih rendah daripada bertani yang kepastian panennya lebih terprediksi.

Soal ide menggerakkan lahan-lahan luas di Papua menjadi lahan pangan produktif sebenarnya bukan ide baru. Pada tahun 1939, pemerintah kolonial Hindia Belanda pernah menggagas program Kumbe Rice Estate yang mengubah hutan-hutan di pesisir Papua menjadi sawah dan ladang, namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Pada tahun 2006, pemerintah Republik Indonesia kembali membangkitkan program Merauke Integrated Food Estate. Meskipun hasilnya tidak sebombastis yang diharapkan, setidaknya sudah mencukupi untuk kebutuhan rakyat Merauke sendiri.

Baik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo mempunyai impian yang sama, yaitu menjadikan Merauke sebagai lumbung pangan Indonesia bagian timur. Proyek masif tersebut boleh dibilang tidak gagal namun belum pula layak disebut berhasil lantaran produksi yang dihasilkan masih jauh di bawah target.

“Total tanah di sini yang akan jadi lahan persawahan adalah 1,2 juta hektar,” ucap Pak Priyono ketika kami berdua duduk-duduk di teras hotel, “Entah berhasil, entah gagal. Yang jelas saya yakin, Merauke siap.”