Makan Malam ala Sampoerna

Rumah makan itu redup dengan cahaya sekenanya. Di seantero dindingnya terdapat sederetan poster bertuliskan kata-kata nakal khas iklan Sampoerna. Tidak salah, memang malam itu saya makan malam bersama Fitri di rumah makan milik perusahaan sigaret yang merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia itu.

Menunya standar. Boleh dibilang biasa. Namun keberadaan restoran yang bersih terawat di samping museum tentu sebuah kemewahan yang tidak banyak terpenuhi di museum-museum yang lainnya di Indonesia. Boleh dibilang, House of Sampoerna memang punya kelebihan tersendiri.

“Kapan kamu mau ke sini? Sebentar lagi kita sampai di stasiun,” terdengar suara Lysa nyerocos di telepon. Saya dan Fitri memang datang lebih awal untuk menjelajah Kota Surabaya sementara teman-teman saya tiba lebih akhir ke kota ini dengan menggunakan sarana kereta api.

Seharian saya sudah menjelajahi Katedral Surabaya, Tugu Pahlawan, hingga Monumen Kapal Selam. Sebenarnya ingin hati ini untuk segera beristirahat. Namun justru petualangan baru akan kami mulai sebab malam ini ada sebuah tim besar yang akan berangkat bersama-sama ke Banyuwangi. Untuk sebuah penjelajahan yang lebih jauh.