Legenda dari Kawah Sikidang

Kidang Garungan marah. Sang raja kijang yang berkehendak meminang Putri Shinta Dewi justru ditimbun hidup-hidup di landasan sumur oleh pujaan kalbunya. Hatinya mendidih, kemarahannya membuncah, dengan segala kesaktian yang dimiliki dihentak-hentaknyalah dasar sumur itu. Bumi bergetar hebat menyisakan lubang besar di tanah yang berbentuk dua tapak kaki kijang.

Dari epos rakyat itulah nama Sikidang beretimologi. Asap pekat mengepul deras dari lubangnya hingga tidak tertampak air di permukaannya, apalagi dasarnya.

Tidak jelas dari mana asal desas-desusnya, tetapi setiap pemandu di sini selalu bercerita tentang orang yang tidak sengaja kecemplung lubang kawah ini, atau tentang orang yang bunuh diri di sana. Memang. Kawah Sikidang terlihat begitu misterius, meskipun dekat, ia terasa curam.

Cerita horor di Dieng besar kemungkinan bukanlah mitos belaka. Empat dekade silam, tidak jauh dari tempat ini, Kawah Sinila mengeluarkan gas beracun yang menewaskan sebagian penduduk desa. Nyaris seratus lima puluh orang terbunuh di dalam peristiwa yang mengerikan itu.

Kawah Sikidang sendiri tidak pernah memakan korban dalam skala Kawah Sinila. Namun tetaplah kawah ini menjadi salah satu yang paling tenar di antara kompatriotnya. Siang itu kami berempat berjalan menyusuri tanah berpasir di sisi kawah ini, berbekal masker yang tidak berguna. Sesekali kami melihat anak-anak berambut gimbal asyik bermain di sekitar kawah.

Siapa mereka? Usut punya usut, menurut legenda rakyat Dieng, anak-anak berambut gimbal itu adalah keturunan dari Putri Shinta Dewi yang dikutuk oleh Kidang Garungan, yang mana dalam epik Jawa, kutukan terhadap seseorang dioper kepada seluruh garis keturunannya adalah lumrah.